Teknik Shooting Video Supaya Lebih Profesional

Teknik Shooting Video Supaya Lebih Profesional

06/01/2023 General 0

Sekarang sudah tidak aneh lagi melihat orang menenteng-nenteng kamera video di berbagai acara. Yup, perangkat ini tidak lagi didominasi oleh para profesional dan sineas saja. Dengan desain yang semakin minimalis dan kompak, plus fitur dan fungsi yang mudah dioperasikan, kamera video semakin ‘ramah’ bagi pengguna amatir dan pehobi videography. Salah satu kamera video portable yang marak saat ini adalah camcorder. Yaitu kamera sekaligus video recorder. Perangkat ini merupakan kamera video tipe digital yang hadir dalam berbagai ukuran dan kemampuan. Jika Anda baru membeli camcorder atau sedang mencoba hobi videography menggunakan perangkat ini, berikut langkah-langkah untuk membuat video yang tidak terlihat ‘biasa ‘ dan ‘amatiran’. 1. Gunakan tripod Meski camcorder Anda dilengkapi built-in image stabilization, sebaiknya Anda menggunakan tripod untuk menjaga kestabilan camcorder sehingga dapat menghasilkan gambar video yang lebih baik dan tidak shaky 2. Panning, zooming, dan gerakan lainnya Salah satu kesalahan dalam pembuatan video adalah perekaman satu scene yang terlalu lama atau sebaliknya perpindahan antar scene yang terlalu cepat. Rekam subyek Anda selama 10-20 detik, stop dan ambil gambar yang lain. Saat melakukan panning dan zooming, lakukan secara pelan, smooth dan tidak tergesa-gesa. Ini akan membuat video lebih nyaman ditonton. 3. Mengatur komposisi Sebelum merekam, perhatikan posisi subyek dan latarnya, apakah sudah sesuai dengan keinginan. Lakukan seperti halnya sedang memotret. Sebagai panduan, gunakan The Rule of Thirds. Yaitu membayangkan layar dibagi menjadi tiga bidang horisontal dan vertikal. Pastikan subyek yang akan direkam berada pada salah satu dari 4 titik potong antara garis horisontal dan vertikal tersebut. Ini akan membuat tampilan menjadi lebih dinamis, terutama saat Anda membuat video interview atau melakukan close up. Tentu saja, ini bukan harga mati, karena Anda juga bebas untuk membuat kompisisi kreatif lainnya. 4. Gunakan cahaya Sebagian besar camcorder tidak dapat menghasilkan gambar yang bagus jika pada saat perekaman minim pencahayaan. Untuk mengatasinya, Anda dapat memanfaatkan cahaya alam dengan melakukan syuting outdoor. Untuk hasil lebih baik, sebaiknya Anda melakukan syuting outdoor di pagi atau sore hari, ketika matahari tidak terlalu tinggi. Jika tetap harus melakukan syuting indoor, pastikan ruangan memiliki pencahayaan yang memadai. Seperti dengan membuka jendela, menyalakan lampu, dan menggunakan built-in light pada camcorder. 5. Gunakan external microphone Tanpa peralatan audio yang memadai, sulit untuk mendapatkan video dengan suara yang berkualitas. Beberapa camcorder memang telah dilengkapi dengan built-in microphone, tapi mike ini akan merekam audio dari berbagai arah. Sehingga jika mewawancarai subyek di tempat yang ramai, suaranya tidak akan terdengar jelas. Maka pastikan camcorder Anda memiliki audio input, untuk memasang external mike. 6. Hindari penggunaan special effects Memang menyenangkan bermain-main dengan fitur special effects yang ada pada camcorder. Tapi ini tidak akan membuat video Anda tampak lebih keren. Sebaiknya Anda membuat efek-efek tertentu pada video melalui proses editing menggunakan software. Sehingga Anda bisa melakukan kontrol transisi yang lebih baik dengan pilhan special effects yang variatif. Dengan demikian, Anda juga tidak akan kehilangan materi video yang asli. 7. Video haruslah bercerita Video yang baik harus memiliki alur cerita yang utuh, yaitu pembuka, isi dan penutup. Maka sebaiknya sebelum melakukan perekaman, Anda sudah memiliki rencana apa saja yang akan direkam dalam bentuk storyboard sederhana. 8. Jangan lupa, perawatan! Terakhir adalah merawat camcorder agar tidak mudah rusak sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Bersihkan lensa dan layar dengan lap khusus yang lembut. Hindari dari panas, pasir, air dan udara yang lembab. Dan letakkan pada tempat yang aman agar tidak jatuh. Jika rusak, segera perbaiki di layanan perbaikan resmi.

Tips Merawat Kamera

Tips apa saja bagi anda yang ingin merawat kamera baik kamera video maupun kamera foto anda dengan baik? Simak tips-tips berikut ini walaupun mungkin belum sempurna, tapi paling tidak bisa menjadi salah satu referensi anda dalam merawat benda kesayangan anda tersebut.

  1. Lensa kamera : Selalu bersihkan lensa kamera anda sewaktu habis dipakai. Dan ingat untuk menggunakan pembersih khusus lensa. Jangan sekali-kali membersihkan lensa kamera menggunakan alkohol atau bahan lain yang mengandung amoniak karena akan merusak kamera.
  2. Body kamera : Bersihkan body menggunakan kain pembersih yang lembut. Dan bersihkan disetiap bagian sampai bagian tersulit sekalipun.
  3. View Finder / LCD Display : Gunakan pembersih yang sama dengan pembersih yang digunakan untuk membersihkan lensa.
  4. Kamera jangan pernah diletakkan ditempat yang lembab. usahakan untuk selalu menempatkan kamera pada suhu hangat untuk menjaga agar kamera tetap dalam keadaan kering.

Mungkin ini sedikit tips yang dapat anda praktekkan semoga membantu untuk menjaga kondisi kamera anda tetap baik dan selalu siap untuk digunakan.

TIPS Pengambilan Gambar

Anda tidak mungkin untuk mendapatkan semua keseluruhan gambar dari setiap pesta pernikahan, tapi jika anda mendapatkan moment –moment yang baik, maka anda siap untuk mengedit pesta pernikahan penuh kenangan tersebut.

Satu hal lagi yang penting: saya menggambarkan banyak special shot, misalnya rack focus, crane shot, dan camera moves. Semua itu akan berhasil, jika anda benar-benar siap dan ahli, juga posisi anda steady, frame sudah sesuai, expose sesuai, dan jarak juga sudah tepat. Dengan kata lain. Yakinlah, bahwa anda sudah menguasai basicnya sebelum mengambil moment yang keren! Ok, mari kita mulai…

Sebelum pesta dimulai :

Ruang rias Pengantin saat anda ditempat, anda dapat mengikuti langkah berikut:

Shot buket bunga dan dekorasi utama kamar tersebut. Saya suka melakukan shot perlahan, camera bergerak pelan dengan rangkaian bunga sebagai focus. Dan saya juga suka melakukan slow zoom out, atau shot yang menggambarkan suasana ruang.

Persiapan pengantin pria, anda bisa mengambil beberapa moment yang unik seperti, saat pendamping pengantin pria mengecek jamnya, atau saat sedang menyiapkan pakaian pengantin dan accessoriesnya. Atau beberapa moment lain yang unik dan tidak terduga.

Detail shots (kadang bahkan harus diambil secara macro). (contohnya: saat akad nikah, pada meja terdapat buku nikah, kotak cincin, dan mas kawin. Anda mungkin bisa mengambil gambar benda-benda tersebut dengan cara camera moving secara pelan dan mengambil beberapa gambar close up pada setiap bendanya. Jika mungkin anda dapat menatanya di meja kemudian anda ambil dari berbagai angle dengan cara zoom in dan zoom out pada alur yang lambat.

Ide tambahan untuk detail shot : selop pengantin, baju pengantin yang tergantung, perhiasan dan accessories pengantin, tempat cincin, pengiring pengantin dan penerima tamu.

Exterior Mesjid atau Gereja: Yang menarik adalah memulai pengambilan dari bagian atas Masjid atau Gereja, kemudian keseluruhan tampak bangunan, coba untuk menangkap seni arsitektur bangunan tersebut dari berbagai angle, jangan berdiri mematung dan mengambil satu dinding saja.

Jika disekitar bangunan ada pohon besar yang unik atau kumpulan bunga yang cantik, maka anda dapat menggunakan secara depth of field shot, focus pada satu titik yang menarik, kemudian perlahan berpindah ke arah bangunan Masjid atau Gereja.

Pengantin meninggalkan Masjid atau Gereja. Jika pengantin sudah masuk ke dalam mobil, coba untuk mengambil gambar saat mobil tiba di rumah dan saat meninggalkan masjid dan gereja.

Saat di Pesta ;

Pengambilan gambar secara kontinyu, mulai dari saat pengantin perempuan berjalan masuk hingga kemudian berdampingan dengan pengantin pria. Idealnya, gunakan 2 camera.

Tempatkan salah satu di posisi menghadap ke arah pengantin. Untuk camera lainnya langsung anda pegang sendiri, posisikan diri anda di sebelah depan pengantin perempuan, saat proses shot dimulai, biarkan pengantin berjalan melewati anda.

Kemudian setelah pengantin perempuan sampai di tempat acara, pindahkan tripod hingga berada dalam angle yang baik untuk mengambil gambar saat pengantin mengucapkan janji. Perpindahan posisi camera ini sebaiknya dikoordinasikan dengan panitia lainnya, kalau perlu dapat dilakukan latihan terlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Tip lain dari ahli: Jangan membuat pan shot, atau paling tidak bukan full pan. Anda tidak perlu men-shot punggung orang saat berjalan melewati anda. Pan saja sedikit saat mereka berjalan masuk agar bisa tertangkap dalam frame disaat mereka memunggungi anda.

Sentuhan istimewa di dalam ceremony, seperti penyanyi solo, orang yang mengaji solo, rangkaian bunga, dekorasi ruang, lighting dll.

Reaction shots dari keluarga besar pengantin, khususnya saat pengantin mengucapkan janji.

Coba depth of field shot – Contohnya, memfocus soloist dengan pengantin sebagai background out of focus-nya, kemudian secara perlahan berganti mengubah focus ke arah pengantin.

cobalah berlatih, khususnya untuk tampilan dengan servo-focus lens, fungsi tersebut biasa anda dapatkan pada camcorder seperti Sony VX-2000 dan Canon XL1s. yang lebih mudah digunakan untuk mem-focus ring yang terhubung dengan lens, pada camera seperti JVC DV-500 atau Sony DSR-300.

(saat latihan, saya meminta pengantin untuk berhenti sejenak saat berjalan keluar kemudian saling mencium ringan sambil membelakangi camera, ini akan memberikan sentuhan yang manis,)

Setelah Ceremony:

Jika mungkin, lakukan lagi shot saat memasang cincin. Dapatkan angle close up yang baik saat cincin dimasukkan ke jari, sama baiknya saat men-shot ekspresi wajah pengantin pria melihat mata pengantin perempuan. (untuk melakukan hal tersebut, biasanya saya men-shoot malalui kerudung pengantin perempuan, melewati pundaknya kemudian perlahan ke arah kanan, sehingga mengahasilkan sebuah shoot yang menyentuh, tentunya tergantung jenis kerudung yang di pakai pengantin perempuan,.)

Anda bisa mengambil moment tersebut dalam beberapa angle dan bila mungkin memakai beberapa camera.

Ambil video saat photographer sedang melakukan kegiatan foto. ( beberapa photographer tidak menyukainya, sebaiknya bicarakan dulu)

Bila kebanyakan hasil shot anda selama ceremony diambil dari tripod, dan tripod dalam posisi yang baik maka akan selalu terlihat lebih professional dibandingkan dengan camera yang dipegang. Anda harus selalu menyiapkan handheld footage sebelum dan sesudah ceremony, dan pada saat resepsi. Anda akan mendapatkan hal yang lebih menarik jika anda mempelajari gerakan handheld camera secara halus, sama halnya dengan hasil dari handheld steady non-moving shot.

Saya merecomendasi untuk menggunakan monopod. Dengan camera kecil seperti PD-150, sebuah monopod dapat menghasilkan steadycam untuk tracking shot. Pasang dengan longgar monopod, dibagian bawah camera. Sebagai contoh dari shot dengan moving camera,saat pengantin hendak masuk mobil; Start slow, jalan dari belakang ke depan, pan up dan melewati kerudung, turun kebawah di sebelah supir lalu buka pintu dan lihat saat pengantin masuk ke dalam mobil dari pintu sebelahnya.

Wedding party meninggalkan masjid atau gereja.

Mobil pengantin meninggalkan masjid atau gereja.

Mobil pengantin sudah di jalan (agak sulit dan kadang waktunya sempit)

Di tempat Resepsi:

Shot Exterior pada tempat resepsi, jika semua terlihat photogenic. Shot flowers, fountains, statues, dll dengan cara terpotong-potong.

Buku tamu. (saya suka men-shot closeup pada buku tamu, tangan orang yang menandatangi, lalu meuju ke tamu yang dikenal baik keluarga pengantin)

Mobil pengantin tiba di tempat resepsi, dan wedding party hampir dimulai. Hal yang penting adalah. Saat anda men-set perlengkapan di tempat resepsi, anda dan assistan anda harus selalu memperhatikan kedatangan para tamu dan pengantin!

Pengantin dan keluarga memasuki ruang resepsi, hingga duduk di pelaminan (anda bisa menggunakan handheld camera atau tripod)

Kata sambutan. lebih baik men- shot dengan dua camera, satu focus pada pembicara, yang lain men-shot reaksi dari pengantin.

Pemotongan Kue Pengantin. (kalau ada)

Saat toss bersama.

Saat tamu bersalaman dengan pengantin

Session foto bersama pengantin

Interviews dengan tamu atau orang yang dekat dengan kedua pengantin.

Waktu tamu mulai pulang.

First dance. Adalah moment yang penting untuk di shot, ada beberapa tips seperti : gunakan monopod, ikuti moment saat awal first dance, lalu kedua. Start out pada 90 derajat dari tripod camera. Pada handheld camera ambil gambar kepala dan pundak secara close up, lalu pindah. Atur full wide pada camera, dan set focus sekitar 4 kaki, jalan ke depan pasangan yang berdansa, tahan lensa tetap point pada mereka lalu jalan mengelilinginya dari sebelah kanan. Ambil gambar dalam lingkaran penuh, mengelilingi mereka, tetap shot bagian kepala/wajah dan pundak, maka anda akan keluar sendiri dari area lantai dansa, hampir 180 derajat dari tempat anda memulainya. Lalu, diam, gunakan slow motion cut pada shot ini. (hal ini akan membuat asumsi bahwa dansa mereka bergerak searah dengan jarum jam) Special dance lain dan acara lain dalam resepsi. Anda akan melihat seperti poco-poco, salsa, rumba, Electric Slide, conga line, Hokey Pokey, dll.

Cutaways dan detail shots – cake, kado, decoration, rangkaian bunga, mc, pengisi acara, DJ atau band, dll. Dapatkan copy dari undangan, dan pernak-pernik lainnya seperti souvenir napkins, dll. Jika terdapat tatanan gelas yang unik, shot detailnya melalui tatanan gelas tersebut. Shot juga tumpukan piring, tatanan style makanan shot secara truck dan zoom. Shot juga meja pengantin termasuk perangkat makannya

Romantic Moments. Kalau mungkin, ambil shot pengantin dengan background sunset. Shoot dua kali, satu expose mereka dalam silhouette, dan satu lagi dengan camera light-on untuk memberikan kesan romantic orange glow.

Children: Mau mendapat respond menarik dari anak-anak?, rubah screen LCD kearah mereka sehingga mereka bisa melihat dirinya sendiri…. Photographer mungkin tidak dapat menangkap gerakan unik mereka dalam waktu lama seperti anda…. Men- shot pengantin wanita sedang bercanda dengan anak kecil bisa menjadi moment yang manis.

Saat pengantin, orang tua dan keluarga dekatnya makan.

Pengantin keluar gedung.

Pengantin masuk ke dalam mobil, mobil berjalan menjauh.

JANGAN shoot: orang yang sedang makan, kecuali ada moment istimewa. (atau bisa di edit untuk session lain)

LAKUKAN semua shot kalau bisa sebanyak tiga kali, ganti setiap angle-nya. Pertama buat shot standard, solid shot, lalu memutar atu close up, kemudian funky shot, atau creative shot… anda akan memerlukannya.

Interview pada suatu pesta pernikahan merupakan seni tersendiri. Salah satu cara adalah memberikan mike pada tamu dan minta mereka untuk memberikan beberapa kata kepada pengantin. Ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa anda gunakan ;

Bisa anda ceritakan bagaimana kedua pengantin bertemu?

Apa perasaan anda ketika mereka mulai pacaran?

Apa pesan anda untuk mereka?

Kira-kira bagaimana mereka 10 tahun mendatang?

Apa yang paling disukai pengantin wanita dari pengantin pria?

Atau cara lain, sebagi contoh, suruh assistant anda memberikan mike pada sekumpulan tamu dan menanyakan “siapa gadis yang paling cantik di pesta ini?”, lalu kumpulan tamu menjawab ‘nama pengantin perempuan’, tapi itu semua tergantung dari client anda apakah menginginkan video pernikahan mereka berbeda atau biasa saja.

Interview kedua pengantin sendiri-sendiri, dan berikan beberapa pertanyaan yang sama, seperti;

Bagaimana saat mereka pertama kali bertemu?

Ceritakan bagaimana hubungan anda berjalan?

Kapan anda merasa bahwa dia adalah orang yang anda cari?

Ceritakan bagaimana perasaan anda saat pertama dia dilamar?

Apa rencana anda kedepan?

Kemudian satukan komentar mereka berdua. Penjajaran dari kedua viewpoint mereka akan menjadi lucu, mengharukan atau pedas.

Saat interview, ingat camera anda harus mengambil jawaban yang lengkap. Contohnya, jika anda menanyakan ‘siapa nama anda?’ maka harus dijawab dengan lengkap seperti ‘ nama saya tami’ jangan hanya ‘ tami’. Dengan begitu, anda dapat mengedit pertanyaan anda dan direspon secara komplit oleh mereka sendiri.

TIPS MERAWAT KAMERA

Berikut adalah beberapa tips kami untuk perawatan kamera Anda:

Menempatkan kamera pada ruangan tertutup (dalam tas) dapat membantu menurunkan intensitas dan kuantitas masuknya debu, kotoran dan helai bulu yang dapat masuk atau menempel pada unit kamera. Perlu ekstra hati-hati ketika foto pada lingkungan yang berdebu dan perpasir (pantai).

Gunakan alat perawatan kamera yang tepat dan benar. Hindari penggunaan tissue biasa, kaos baju, alcohol dan bahan lainnya yang tidak dikhususkan untuk perawatan kamera. (silakan periksa item barang kami pada ‘tools untuk merawat kamera’)

Bersihkan kamera dan lensa secara teratur, khususnya setelah digunakan pada ruang terbuka atau setelah hunting. Simpan kamera pada tas dan selipkan silica gel pada ruang tas untuk membantu merawat tas dari jamur.

Gunakan filter yang tepat dan sesuai untuk kamera, beberapa kamera sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet dari matahari.

Bila terdapat cukup banyak asesoris kamera, maka sebaiknya ditempatkan pada 1 tas secara bersamaan untuk memudahkan pengawasan kamera kesayangan Anda.

Jangan membawa kamera SLR dengan flash yang menempel apabila melakukan perjalanan yang jauh karena ‘shoe base’ flash atau ‘flash rail’ akan rawan terhadap kerusakan.

Matikan kamera secara manual umumnya lebih baik daripada kamera mati secara otomatis, karena memperpanjang umur baterai.

Lepaskan baterai dari kamera apabila sedang tidak digunakan pada waktu yang lama.

Bersihkan tangan Anda dari kotoran sebelum mulai memfoto.

Jika kamera terkena air, segera bersihkan dan keringkan secara seksama. Dapat menggunakan hairdryer dengan panas secukupnya untuk mengeringkan kamera dari air.

Tips Merawat Camera Digital

• Jauhkan dari Kapur Barus

Kapur barus termasuk benda perusak yang sangat ‘ampuh’ terhadap kamera, yang dapat menyekat-nyekat kamera dan bagian kamera yang lain, yang berbahan dasar karet. Pada kamera elektronik, kapur barus bisa merusak jalur pada PCB (Printed Circuit Board), yaitu tempat chip-chip kamera terpasang dan beberapa elemen chip itu sendiri. Bahka uap kapur barus itu juga dapat menodai dan membuat ‘flek’ pada lensa.

Sebaiknya, simpanlah kamera di tempat yang kedap udara, sejuk dan kering. Jika harga lemari khusus untuk penyimpanan kamera terlalu mahal bagi anda, anda bisa mencari media penyimpanan alternatif sebagai penggantinya. Seperti misalnya, anda dapat menyimpan kamera dalam stoples yang tertutup rapat dan di dalamnya diberi silica gel, untuk menyerap kelembabannya.

Atau, anda bisa juga menyimpannya dalam lemari yang telah diatur sirkulasi udara dan kelembabannya. Caranya, dengan memasang lampu berkekuatan 5 watt dan diletakkan pada jarak kurang lebih 40 cm di atas kamera dan perlengkapan yang lainnya. Jangan lupa untuk membuka pembungkus kamera dan membersihkannya dari debu sebelum menyimpannya.

Ingat, kerusakan kamera yang diakibatkan oleh kapur barus biasanya tak bisa diperbaiki lagi. Maka, jangan sekali-kali menyimpan kamera di dalam lemari apapun yang telah diisi kapur barus atau kamper pengharum pakaian.

• Hindari Kontak Langsung dengan Sinar Matahari

Jagalah kamera agar jangan sampai terjemur atau terkena cahaya matahari secara langsung dan berlebihan. Panas yang tinggi dapat merusak bagian-bagian kamera yang terbuat dari plastik dan karet, serta komponen elektronik yang lainnya.

• Jagalah dari Goncangan yang Berlebihan

Jangan lupa untuk menaruhnya di dalam tas khusus kamera, guna menghindari guncangan yang berlebihan dengan lingkungan luar maupun benturan antar peralatan. Taruhlah kamera di tempat yang aman dan tahan terhadap guncangan.

• Bersihkan Kamera dan Lensa

Sebaiknya kamera dibersihkan seminggu sekali atau secara teratur dan berkala. Untuk bagian luar fisik kamera, gunakan lap kering yang bersih dan tak kasar. Sedangkan untuk bagian dalam dan elemen-elemen kecilnya, gunakan blower atau peniup yang banyak dijual di toko kamera. Selain blower, juga bisa digunakan kuas berserabut halus, yang belum pernah dipergunakan pada benda yang lain.

Untuk membersihkan lensa yang terkena noda, misalnya terkena jari yang berminyak atau air keringat dari pemakai, pakailah tissue khusus yang banyak dijual di toko

• Hindari Goresan pada Lensa

Untuk menghindari goresan, sebaiknya lensa mempunyai filter ulir yang terpasang permanen di bagian depannya. Filter yang umum menjadi pelindung adalah jenis filter UV (Ultra Violet) atau filter skylight. Sedangkan untuk menghindari goresan di bagian belakang lensa, usahakan selalu memasang ‘bodycup’ penutup saat lensa dilepas dari badan kamera.

• Hindari Air Laut

Jika anda menggunakan kamera di pantai, jagalah agar kamera tak terkena air laut atau bahkan jatuh ke dalamnya. Air laut sangat jahat dan penyebab karat yang potensial terhadap kamera ataupun perangkat elektronik yang lainnya. kecuali yang memang dirancang untuk bisa beradaptasi dengannya.

Sehabis digunakan di daerah pantai, pembersihan kamera wajib dilakukan sesegera mungkin. Uap air laut seringkali meninggalkan butir-butir garam yang menyebabkan karat pada kamera. Jika suatu saat, tanpa sengaja kamera anda tercebur ke dalam air laut, langsung rendam kamera anda ke dalam air tawar, kemudian bilaslah berkali-kali untuk menghilangkan bekas-bekas air laut.

Proses pengrusakan oleh air laut berlangsung sangat cepat dan dalam hitungan menit setelah tercebur, sehingga bila pembilasan air ini tidak dilakukan sesegera mungkin, kamera yang tercebur ke dalam air laut tak akan bisa diselamatkan. Setelah dibilas hingga bersih dari air laut, bawa segera ke ahli servis kamera untuk membersihkannya dan mengeringkan kamera tersebut.

• Service di Tempat Terpercaya atau Resmi

Secara berkala, dalam kurun waktu tertentu, sebaiknya kamera digital diservis ke tempat khusus, terpercaya dan malah lebih bagus yang resmi. Jangan tunggu kamera rusak kemudian baru diservis. Servis yang dimaksud adalah ‘servis besar’, yang meliputi pembersihan bagian dalam kamera, seperti pembersihan lensa dari jamur yang menempel atau juga penyesuaian setelan-setelan utama kamera.

Jangan terlampau sering mencuci lensa atau membersihkan bagian dalamnya bila berjamur. Kaca lensa begitu peka. Makin sering dibersihkan, dapat mengakibatkan mutu gambar akan menurun. Untuk menjaga dan merawatnya, sebaiknya jangan disimpan di lemari pakaian anda, karena hal itu akan berpotensi mengundang jamur yang menempel di lensa bagian dalam kamera.

Tips membeli kamera digital

1.Belilah produk bermutu.

Sebaiknya anda membeli produk kamera digital yang bermutu atau berkualitas, baik fitur, desain ataupun hasil foto kamera digital itu sendiri, banyak sekali kamera digital yang harganya sangat murah tetapi sebaiknya anda berfikir dua kali apabila ingin membelinya karena apabila produk tersebut tidak seperti yang anda harapkan terutama hasil foto dari kamera digital tersebut nantinya akan sangat mengecewakan anda.

2. Sesuai budget

Belilah kamera digital sesuai dengan budget yang anda miliki, ini merupakan salah satu tips yang manjur agar anda tidak dipusingkan atau dibuat bingung oleh beragam tipe, jenis dan merk kamera digital yang ditawarkan.

3. Mencoba kamera digital

Usahakan agar Anda dapat mencoba kamera digital yang hendak anda beli, kunjungi konter kamera digital dan anda dapat menggunakan unit DEMO, cobalah fitur, fasilitas dan jangan lupa untuk melihat kualitas hasil foto kamera digital tersebut.

4. Belilah kamera digital bergaransi resmi

Sebaiknya anda membeli kamera digital yang bergaransi resmi, sekarang banyak sekali produk kamera digital yang tidak bergaransi resmi atau parahnya lagi banyak juga yang tidak disertai garansi, akibatnya apabila kamera tersebut mengalami kerusakan customer tidak dapat meng-klaim per- baikan dan penggantian suku cadang secara gratis di tahun pertama dan kedua berlakunya masa garansi.

Tips Memilih Kamera Digital

Kamera Digital mempunyai jenis yang bermacam-macam dan fitur yang terkadang membuat kita bingung untuk memilih sesuai dengan kebutuhan kita. Memilih kamera sebenarnya gampang-gampang susah terutama bagi pengguna yang masuk kategori pemula atau amatir. Oleh karena itu, tips ini sangat berguna bagi calon pengguna kamera sebelum memilih kamera digital yang diinginkan. Berikut beberapa tips sebelum berburu kamera digital.

Resolusi
Gambar digital dibuat oleh titik-titik yang disebut piksel. Resolusi ini merujuk pada banyaknya piksel yang bekerja sama membuat suatu foto. Biasanya ditunjukkan oleh horizontal x vertikal. Resolusi 1280×960 memiliki total 1,2 Megapiksel. Semakin besar resolusi akan memproduksi foto yang juga lebih baik.

Sesuaikan resolusi yang ditawarkan dengan pilihan Anda. Biasanya dalam satu kamera tersedia pilihan resolusi yang berbeda. Jika hanya ingin mengirim foto melalui e-mail, resolusi 640×480 sudah memadai. Tapi jika ingin mencetak sebaiknya pilih resolusi yang lebih besar, agar gambar tidak pecah dan buram.

Pastikan fitur pendukung lainnya

Sebelum membeli, pastikan kamera digital pilihan Anda memilih beberapa fitur pendukung seperti kemampuan memori tambahan. Ini untuk memperbesar gudang penyimpanan foto Anda.

Jika sesekali menginginkan gambar bergerak, pilih kamera yang mendukung video karena beberapa kamera digital ada yang hanya berkemampuan audio saja. Sesuaikan dengan kebutuhan Anda. Video atau audio?

Selain itu perhatikan kemampuan zoom yang ditawarkan. Optical zoom menjadi pusat perhatian ketimbang digital zoom, si peranti kunak yang menyediakan fasilitas croppping dan memperbesar gambar.

Lampu kilat (flash)

Rata-rata produk kamera digital dilengkapi dengan lampu kilat yang terintegrasi. Ada yang otomatis atau perlu menekan tombol on untuk menjalankannya. Flash berguna sebagai pendukung cahaya.

Gambar yang diambil dalam kondisi agak gelap dapat tetap tampil maksimal dengan bantuan lampu menyilaukan.

Perhatikan juga apakah si ramping memiliki fitur tambahan seperti pengurang efek mata merah. Beberapa produk juga datang dengan pilihan foto untuk pengambilan gambar di malam hari atau night scene.

Layar LCD

Layar LCD di bagian belakang kamera digital memudahkan Anda melihat obyek. Di sini Anda juga bisa melihat dan menghapus gambar yang tidak diinginkan. Pilih layar LCD dengan kandungan resolusi yang cukup besar sehingga warna yang tampil lebih natural. Ukuran layar juga berbeda-beda. Pastikan layar tidak terlalu kecil, sehingga gambar bisa tampil maksimal.

Self-timer

Self timer biasanya bisa mencapai 10 detik. Selain memudahkan memotret gambar diri, fitur ini juga berguna untuk mengambil gambar dalam keadaan cahaya yang kurang karena bisa mengurangi guncangan akibat tekanan pada tombol pengambilan gambar.

Daya tahan baterai

Kalau tak ingin kesenangan terputus gara-gara baterai loyo, Anda perlu memperhatikan berapa lama sumber listrik ini bisa bertahan. Memilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable) adalah tindakan bijaksana dan lebih hemat.

Koneksi

Perhatikan apakah kamera digital Anda bisa berhubungan dengan perangkat digital lainnya seperti televisi, printer, PC atau Mac. Anda akan tertolong dengan adanya USB kabel.

Anda juga bisa mencetak gambar dengan bantuan kabel USB. Beberapa kamera digital sudah mendukung PictBridge yang membuat Anda leluasa mencetak gambar langsung dari kamera digital meski mereknya berbeda.

Adapun keenam vendor yang mempelopori standar terbuka itu adalah Canon, Hewleet-Packard, Seiko Epson Corporation, Olympus Optical Company, Fuji Photo Film Corporation dan Sony Corporation.

Kalkulasi harga

Jangan lupa untuk mengkalkulasi harga perangkat pendukung lainnya seperti baterai isi ulang dan adapter AC.

Waktu operasi

Pilih kamera digital yang tidak butuh waktu terlalu banyak setelah jeda pengambilan gambar. Selisih waktu 4 hingga 6 detik saja mungkin membuat Anda kurang puas dengan kinerja si ramping.

Bandingkan harga dan garansi

Jangan hanya terpikat pada sati toko saja. Kalau ada waktu luang tidak ada salahnya Anda melakukan riset kecil-kecilan sebelum membeli.

Margin keuntungan yang berbeda menjadi sumber mengapa harga yang Anda temui di toko yang satu tidak sama dengan yang lain. Perhatikan juga garansi.

Akhirnya jangan hanya terpikat pada bentuk tubuh yang menggoda tapi perhatikan isi atau fitur yang ada di dalam suatu produk.

Memotret Foto Berkualitas dengan Kamera Digital

Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi tidak berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.

Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:

  1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.

    Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.

  2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

    Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

  3. Pakai tipe gambar JPEG.

    JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.

    Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.

    Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.

  4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.

    Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.

    Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.

  5. Jangan lupa mengatur “Low ISO Number” atau “Use Auto ISO”.

    Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.

  6. Optimalkan penggunaan Histogram.

    Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

  7. Hindari menggunakan zoom secara digital.

    Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

  8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.

    Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.

  9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.

    Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak.

Tips Menggunakan Pelindung Kedap Air

Salah satu perbedaan antara kamera digital dan kamera film adalah bodi kamera digital cenderung memanas. Akibatnya, bisa terjadi kondensasi atau pengembunan di dalam pelindung kedap air atau pada lensa kamera jika kelembaban di dalam pelindung tinggi.

Oleh sebab itu, anda harus menghindari membuka pelindung di tempat yang lembab, seperti di atas kapal atau di pantai yang basah.

Tidak kalah pentingnya, anda perlu mengganti baterei pada setiap penyelaman jika tidak ingin mengambil risiko kehabisan baterei. Penyelam yang melakukan lebih dari sekali penyelaman dalam sehari perlu menyiapkan beberapa baterei cadangan.

Ketika keluar dari air setelah menyelam, siram dan kocok-kocok pelindung kamera dengan air bersih untuk menghilangkan pasir atau unsur garam yang melekat pada pelindung. Kemudian keringkan seluruh permukaan pelindung dengan lap kering.

Sekalah seluruh permukaan pelindung dan sela-sela tombol dengan handuk. Jika masih terdapat pasir atau benda asing, kocok pelindung dengan air dan seka kembali sampai hilang dan kering. Letakkan pelindung tersebut di atas meja atau kursi dan seka handuk ke seluruh kepala anda untuk mencegah air atau rambut dari kepala jatuh ke dalam pelindung saat dibuka. Tapi jangan lakukan ini persis di atas pelindung yang terbuka.

Ketika anda membuka pelindung kedap air, lakukan dengan cepat. Ganti baterei dengan cepat, perhatikan O-ring, lubangnya dan sisi belakang pelindung itu dari benda asing, masukkan satu atau dua paket gel silika, dan tutup kembali.

Matikan power kamera kalau model kamera digital anda bisa dimatikan saat berada dalam pelindung kedap air. Kalau tanpa fitur ini, atur kamera ke mode pemotretan, matikan monitor LCD dan tunggu sampai sampai kamera masuk ke mode sleep secara otomatis. Lakukan prosedur ini secepat mungkin dan sebaik mungkin sebelum penyelaman berikutnya, supaya paket gel silika mendapat cukup waktu untuk menyerap uap air di dalam pelindung.

Sebelum anda menyelam kembali, lakukan pengujian terhadap pelindung itu, periksa untuk beberapa detik pertama kali dan untuk lebih lama kedua kali. Hati-hati menyimpan pelindung kedap air di bawah sinar matahari langsung. Pelindung dan kamera digital anda akan memanas dan menyebabkan pengembunan saat berada di atas kapal atau menyelam.

TIPS Pengguna Pocket-Consumer Digicam – Mencegah Under Exposure

Kamera-Digital.com (Chandra R)

Umumnya pengguna kamera saku, mengeluh hasil foto yg mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure), terutama flash photography (indoor), ini terutama karena pada kamera jenis ini hanya mengandalkan built-in flash yg rendah intensitas cahayanya, sehingga jangkauan / coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret pada jarak maximum jangkauan flash.

Yang sering terjadi adalah:

pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pada bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini dikarenakan keterbatasan coverage area flash (terlepas masalah design lensa, vignetting).

pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyak dibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.

Untuk menghindari problem tersebut, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pada kamera saku hanya diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100.

Setiap peningkatan 1 stop / double (ISO 200), jarak tersebut meningkat 1,4 kali, 2 stop / quadruple (ISO 400) meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) menurun 0,7 kali.

Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dalam jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.

Ada beberapa hal yg harus diperhatikan:

1.Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak.

Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pada kamera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise (dlm kamera analog / film, grainy), akibat peningkatan sensitifitas sensor terhadap cahaya dengan cara menaikkan gain amplifier sensornya. Tapi tingkat noise ini (umumnya consumer digicam max ISO 400), masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dengan noise / grainy, hindari ISO 400, gunakan max ISO 200.

2.Gunakan flash dgn speed rendah (slow synch flash) agar obyek + backgroundnya cukup tercahayai dengan baik.

Ini terutama berguna untuknight shoot / scene, di mana BG yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), hanya yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pada speed rendah, usahakan menjaga kamera + subyek fotonya tetap steady (disarankan meng-gunakan tripod / alternatifnya). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yang terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).

3.Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil foto kita.

Keuntungan dengan cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tidak dibarengi dengan peningkatan noise, karena cara kerjanya adalah dengan menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi untuk handheld, bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yang akan diperbesar; terkait dengan cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya:

semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tidak cocok untuk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok untuk still foto.

bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF-nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yang “sangat” panjang, kecuali untuk foto macro.

karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dalam jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), untuk menghindari over exposure; lebih berguna untuk foto yang mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under exposure hasilnya.

Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dengan ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.

Umumnya nilai +2/3 – 1 (+0,7 – 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO 400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pd jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnya cenderung memilih ISO terendahnya).

RETOUCH IMAGE DIGITAL – Untuk Keperluan Cetak

Untuk mendapatkan hasil yang indah, terkadang perlu dibantu dengan program komputer sehingga hasilnya bisa lebih baik. Berikut adalah langkah-langkah yang sering dilakukan pada image digital untuk keperluan cetak, dengan menggunakan program Photoshop 7.0:

1.Levels (Ctrl+L):

Untuk memperbaiki tonal balance image, geser slider histogram (input levels) pada ujung kiri / kanan (black/white point) shg tdk terdapat gap (posisikan pada titik di mana awal mulai menanjak /menurunnya histogram), bila image terlihat kurang terang, geser slider tengah (mid point) ke kiri (biasanya cukup antara 1,20 – 1,40). Bagi yang sudah terbiasa, Curves (Ctrl+M) akan dirasa lebih powerfull dengan fungsi yang sama.

Auto Levels dapat digunakan, jika kita merasa cukup puas dgn hasilnya, walau tdk selalu berhasil.

Auto Color dapat digunakan utk mengoreksi warna, jika kita mempergunakan ini, tidak perlu lagi pengaturan Levels, krn pada Auto Color, selain dilakukan koreksi warna, juga sekaligus diperbaiki levelnya;

jika kurang puas, dapat dilakukan dgn Color Balance dan / atau Hue/Saturation.

2.Burn / Dodge Tool:

Untuk memperbaiki “bagian” image yang terlalu terang/gelap, lakukan bilamana diperlukan.

3.Healing Brush/Clone Stamp Tool:

Untuk “menambal” bagian image yang cacat atau yang tidak dikehendaki dgn bagian image lain yang mirip.

Healing Brush cocok bila tekstur aslinya ingin dipertahankan (mis: menghilangkan jerawat wajah);

Clone Stamp akan “menjiplak” persis seperti aslinya.

4.Blur / Sharpen Tool:

Untuk mengaburkan/menajamkan “bagian” image

Blur Tool sering digunakan untuk “menyembunyikan” bagian image yang dianggap mengganggu (mis: mengaburkan kerutan2 wajah), sebaliknya Sharpen Tool banyak digunakan untuk menajamkan bagian image yang kurang tajam.

5.Crop Tool:

Digunakan untuk mengcropping sekaligus meresize image sesuai dengan format ukuran cetaknya, di sini kita juga bisa memperbaiki framming foto seperti apa yang dilakukan dengan Rectangular Marquee Tool (selection), dengan catatan perbandingan panjang – lebarnya sudah ditentukan sebelumnya, atau memperbaiki sudut pandang (perspektif), terutama berguna pada pemotretan dgn lensa sudut lebar (wide angle lens), di mana lebih mudah terjadi barrel distorsion (terutama pada tepi frame, utk obyek arsitektur).

Isilah panjang / lebarnya sesuai dengan ukuran cetak yang kita inginkan (dalam satuan cm atau inch), jangan lupa isi resolusinya sesuai dengan resolusi cetaknya, saat ini resolusi cetak minilab foto adalah 300 ppi.

Jangan lupa, kita harus menyesuaikan resolusi image kita dengan ukuran cetaknya (resolusi 300 ppi), agar hasil cetaknya optimal, karena bila dipaksakan image dengan resolusi rendah, dicetak dalam ukuran besar, hasilnya tidak akan optimal, walau secara otomatis saat resize, dilakukan interpolasi (meningkatkan jumlah pixel), tapi detail, informasi warna, dll. tidak bertambah, sehingga hasilnya adalah image dengan detail rendah, kurang tajam, lebih banyak noise / artefact. Agar hasil akhirnya optimal, usahakan image aslinya cukup baik dengan resolusi cukup tinggi, sesuai dengan ukuran cetaknya; maksimal interpolasi boleh dilakukan sebesar 1,5-2,0 kali, pastikan metode Bicubic yang kita pilih untuk hasil terbaik; bila kita ingin hasil yang lebih baik lagi, terutama untuk keperluan cetak ukuran besar, bisa mempergunakan plug-in Photoshop (optional) dengan metode “Fractal”.

Contoh image digital dengan max ukuran cetaknya (pada resolusi 300 ppi) TANPA interpolasi:

1600 x 1200 (2 MP) : 4R

2048 x 1536 (3 MP) : 5R dst.nya.

6.Unsharp Mask (USM):

Filter ini termasuk filter sharpen, kelebihannya kita dapat mengatur parameternya sesuai dengan kebutuhan, lakukan pada langkah terakhir, atau setiap setelah melakukan resize image, di mana umumnya image menjadi lebih soft (berkurang ketajamannya).

Untuk keperluan cetak:

Amount: 100-200% untuk meningkatkan kontras pixel, umumnya cukup 150%.

Radius: 1-2 pixel

untuk menentukan jumlah pixel di sekitar tepi pixel yang ditajamkan, untuk tepatnya: bagi nilai resolusi cetaknya dengan angka 200, misalnya: resolusi cetak 300 ppi, berarti 300/200= 1,5 pixel.

Threshold: 2-20 pixel

untuk menentukan seberapa tajam pixel dari daerah sekitarnya. Umumnya cukup sekitar 15 pixel, nilai yang terlalu kecil, akan membuat noise / artefact berlebihan.

Satu yang perlu diingat, hasil USM pada cetakan, TIDAK sedramatis seperti yang terlihat di monitor (pembesaran 100%).

Bila ingin melihat “preview” hasil cetaknya, tampilkan dgn hand tool: print size, untuk amannya zoom-in 40-50%, krn biasanya hasil cetak lebih detail / tajam dari zoom 24%.

NB:
Kita tidak perlu merasa “bersalah” dengan melakukan retouch image digital yang kita dapatkan dengan kamera digital, karena hal yang samapun dilakukan pada saat proses pencetakan di lab foto pada hasil cetak film (kamera analog), apa yang kita dapatkan, adalah yang sudah “jadi”, bedanya adalah, dengan “digital dark room”, kita lebih mudah melakukannya (sendiri, atau oleh operator lab foto).

Membuat Background Blur – Dengan Photoshop 7.0

Bagi pengguna kamera digital, terutama kelas consumer, di mana kamera menggunakan sensor yang lebih kecil dan panjang lensa yang terbatas, sulit untuk mendapatkan DOF yang dangkal, agar background terlihat blur, yang sering digunakan untuk mengisolasi / menonjolkan obyek, terlebih umumnya kamera kelas ini bersifat serba otomatis (Point & Shoot).

Dengan bantuan Photoshop, hal tsb mudah dilakukan, di sini diberikan cara yang agak rumit, sehingga hasilnya akan lebih baik:

Buat seleksi thd obyek yang ingin kita pertahankan ketajamannya (paling mudah dgn Magnetic Lasso), untuk memperhalus hasil seleksi, klik select-feather (ketikan nilainya antara 1-4) dan select-smooth (ketikan nilainya antara 2-6).

Buat layer baru hasil seleksi tsb (layer via copy, Ctrl+J), sembunyikan layer ini (layer1), dgn cara mengklik icon matanya pada palet layers.

Aktifkan/pilih layer background, gunakan Smudge Tool (letaknya pada tool box, satu group dgn blur/sharpen tool), lakukan penarikan pixel di sekitar seluruh tepi obyek ke arah dalam (menuju tepi obyek), agar cepat, pilih ukuran kuas tdk terlalu besar diameternya dan image dalam tampilan pembesaran yang tidak terlalu besar (mis: dalam Hand Tool, pilih tampilan Fit on Screen); tujuan penggunaan tool ini, adalah agar tidak terlihat “halo” pada tepi obyek, yang sering terlihat bila kita menggunakan cara sederhana (seleksi obyek, select-inverse, gaussian blur).

Kemudian pilih filter-blur-Gaussian Blur, ketikan nilainya, tergantung seberapa blur background yang kita inginkan (umumnya nilai antara 6-10 sudah cukup)..

Perlihatkan kembali layer baru hasil seleksi (layer 1) dengan cara mengklik kembali icon mata pada palet layersnya, kita akan melihat hasilnya, di mana pada tepi batas obyek, tidak terlihat halo. Bila kita merasa hasil seleksi kurang halus, bisa kita perbaiki pada layer 1 tsb, mis: dengan Eraser Tool, untuk menghapus kelebihan seleksi yang kita lakukan.
Terakhir, simpanlah (save) hasil kerja kita, bila kita merasa sudah puas dan tidak berencana untuk mengeditnya lagi, gabunglah layer tsb (flatten image), terutama bila image tsb akan disimpan dalam format JPEG.

Blitz for Dummies

Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Bagaimanapun juga, flash photography adalah satu hal yang perlu dipelajari. Sebagian besar dari pembaca tentunya sudah sering menggunakan flash dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik juga, tetapi tulisan ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar. Benar dalam artian secara teori dapat diterima dan benar dalam artian menggunakan suatu dasar yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan lampu kilat tersebut, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang serta indah, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya foto yang baik dan benar tersebut. Baik kita memandang kamera digital sebagai seni atau teknologi, flash tetap adalah satu sarana mempermudah, mengoptimalkan, dan meningkatkan kreativitas.

Meter, Aperture, dan Shutter Speed

Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Pada fotografi konvensional menggunakan film, kita ‘melukis’ dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/CMOS pada kamera digital ini harus tepat. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat?

Kita mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Yang biasa kita gunakan adalah lightmeter built-in tersebut. Kita menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa kita (kalau TTL) dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan jenis film yang terpasang dalam kamera kita. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara f/stop dan shutter speed (penjelasan menyusul). Pada modus aperture priority (A/Av) kamera akan menggunakan f/stop yang kita pilih dan menentukan shutter speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus shutter speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan shutter speed yang kita pilih dan menentukan aperture yang tepat. Pada modus manual (M) kita akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut.

Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:

f/stop dimana f/ yang lebih besar akan memberikan DoF yang lebih lebar (semakin banyak daerah focus).

Jarak obyek dimana obyek yang focus lebih jauh akan menyebabkan DoF juga semakin lebar.

Penggunaan lensa dimana lensa tele akan memberikan DoF lebih sempit daripada lensa sudut lebar (wide angle).

Shutter speed atau kecepatan rana adalah lamanya tirai rana dibuka untuk mengizinkan cahaya masuk. Angka ini disimbolkan dengan satuan detik dan kenaikan/penurunan dalam bentuk kelipatan ½. Contoh: 30s, 15s, 8s, 4s, 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, 1/4000s, dst. Semakin lambat maka cahaya yang masuk semakin banyak.

Yang diukur oleh meter kamera itulah intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil f/stop atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar f/stop atau mempercepat shutter speed. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa semakin lambat shutter speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri.

Blitz dan GN

Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera. Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.

Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.

GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).

GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.

GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).

Film SLRs vs. Prosumer Digital Camera vs. DSLRs

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kamera film dan kamera digital berbeda. Di dalam kamera digital sendiri, ada perbedaan antara kamera poket (dalam hal ini yang biasanya bisa menggunakan flash tambahan adalah PDC/Prosumer Digital Camera)) dan Digital SLR (DSLR). Perbedaan pertama tentu saja dalam hal perbandingan ukuran sensor/film dengan lensa. Karena sensor kamera digital lebih kecil daripada film 35mm, maka kita akan terjebak pada perbandingan panjang lensa yang berbeda. Untuk mendapatkan suatu sudut yang sama misalnya 35mm, maka pada kamera dengan sensor 1/1.8″ akan menggunakan lensa sekitar 7.5mm, D100 akan menggunakan lensa 24mm dan 10D akan menggunakan lensa 20mm. Inilah panjang lensa efektif untuk mulai perhitungan menggunakan GN flash tersebut.

Kedua, zooming. Pada PDC, zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar) dan demikian juga dengan pemakaian zoom konsumer pada SLR/DSLR. Sebagai contoh, kita mengenal lensa 35-70 f/3.3-f.5. Artinya, bukaan terbesar pada 35mm adalah f/3.3 dan bukaan terbesar pada 70mm adalah f/4.5. Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto.

Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dan lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau kita kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh (after all, ini gunanya lensa tele kan? Untuk memotret obyek yang jauh?). Selain itu ini juga yang akan terjadi jika lensa 35mm kita pasangkan pada DSLR kemudian kita melakukan penghitungan flash tetap dengan menggunakan perhitungan untuk SLR biasa karena sudutnya sebenarnya sudah setara 50mm atau lebih (tergantung faktor pengalinya). Sebenarnya tidak ada masalah berarti yang muncul, tetapi kita ‘menghamburkan’ cahaya tersebut secara sia-sia saja.

Indoor – Outdoor Flash dan Bounce/Diffuse

Penggunaan Flash sangat membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan tentang bounce dan diffuse flash. (Artikel ini adalah sambungan dari artikel Blitz for Dummies)

Indoor Flash

Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.

Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.

Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.

Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).

Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.

Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.

Bounce/Diffuse

Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:

Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).

Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:

Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.

Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.

Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.

Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.

Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.

Outdoor Flash

Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:

Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.

Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.

Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.

Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.

Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat WhatsApp utk respon segera
1
Chat dengan kami?
Scan the code
Halo, ada yang bisa dibantu?