Mengapa Penyair Membuat Puisi, Apa Tujuannya?
Orang yang tidak menyukai sastra, akan merasa aneh dan heran kenapa seorang menulis puisi atau sajak? Atau Mengapa Penyair Membuat Puisi?
Ada kalanya seorang yang sibuk dia mau dan tidak bisa membaca artikel atau konten yang terlalu panjang, sehingga tidak lagi nampak titik atau koma, apalagi yang kurang menarik minatnya. Kecuali benar-benar diperlukan karena isi content-nya itu sendiri. Terpaksa dibaca karena ‘kepentingan’nya.
Tapi bagaimanapun pentingnya kalau memang benar-benar sulit dicerna, terpaksa ditinggalkan juga karena bahasa yang berbelit-belit dan sulit dimengerti.
Puisi ditulis oleh seorang penyair dengan tujuan tertentu. Mengapa penyair membuat puisi? Simak dalam ulasan berikut untuk mengetahui jawabannya.
Mengapa Penyair Membuat Puisi?
Mengutip buku Yang Tersisa Setelah Puisi Dicipta karya Dimas Indiana Senja (8:2021), jika pada umumnya orang menyimpan rahasia pribadinya di dalam hati yang paling dalam, maka para penyair justru sebaliknya, ia menguraikan berbagai hal yang bergejolak dalam diri dan benak kepalanya lewat puisi.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tujuan atau hal yang mendorong penyair menulis puisi adalah untuk mengekspresikan isi hati.
Selain itu, tujuannya juga untuk menyampaikan suatu hal yang tidak bisa dikatakan secara langsung. Untuk kepuasan, kesenangan dan juga ketenangan batin.
Alasan Mengapa Penyair Membuat Puisi dan Apa Tujuannya
Ilustrasi: Alasan Mengapa Penyair Membuat Puisi dan Tujuannya Sumber: pixabay.com
Mengapa Penyair Membuat Puisi?
Taman Bandara Minangkabau Padang Pariaman – Dok. MindaStudio.com/YUDI MINDA
Berikut Alasan Mengapa Seseorang (tidak mesti penyair) itu Menulis Puisi?
Seseorang itu menulis untaian kata-kata dan dirangkai menjadi Puisi karena:
Mengapa seorang itu atau penyair itu membuat puisi atau menulis sajak? Apakah hal ini meng-indikasikan kecengengan penulis tersebut? Ataukah Penulisa Puisi atau sajak ini mempunyai maksud, makna atau manfaat lain?
1. Mengikat Ilham
Secara garis besar puisi mungkin menyampaikan ungkapan rasa yang sedang bergelora dalam jiwanya atau dalam benak kepala. Kalau tidak segera ditulis, niscaya akan lupa. Dan untuk mengingatnya kembali atau memanggil ingatan akan apa yang ditulis tersebut bukan hal yang mudah, dan hampir bisa dipastikan tidak bisa dipanggil atau diingat kembali. Karena itu bersifat ilham.
2. Ungkapan Rasa atau Perasaan
Terkadang cukup berisiko untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Konsekuensinya bisa menyinggung pihak-pihak tertentu, secara langsung. Atau bahkan bisa berurusan dengan hukum, kalau misalan perasaan kesal marah diterjemahkan ke dalam bentuk gerak fisik atau motorik. Selain merusak juga bisa saja berakhir di penjara atau jeruji besi, minimal perang dinggin.
Orang yang bisa bertahan dan mengendalikan emosi, perlu juga ‘pelampiasan’ dengan cara yang lebih elegan dan selamat, ya dengan menulis, puisi sajak atau bentuk lain karya, supaya tidak merusak jiwa dan raganya.
3. Media Pendidikan
Seperti disebut di atas tulisan dalam berbagai bentuknya merupakan ‘pengikat’ ilham. Nah dari bahan-bahan tulisan ini kemudian dijadikan bahan ajar atau pendidikan, sesuai keperluan.
4. Sindiran Halus
Tidak semua orang bisa terima ketika dipersalahkan atau dituduh bersalah. Dengan menulis, walaupun belum tentu dibaca tapi bisa menjadi bahan atau penjelasan tentang kondisi sebenarnya. Bisa sebagai media penyimpan fakta atau data yang belum sempat diungkapkan, berharap akan dibacanya.
5. Jendela Psikologi
Aspek yang 1 ini tidak bisa dianggap remeh. Dimana ketika banyak orang yang tidak bisa mengontrol diri dan emosinya, masih ada cara lain untuk ‘membuang’ aura negatif atau toksik yang meracuni jiwa yang dilandanya.
6. Bahan Tulisan Berikutnya
Bisa saja untaian atau rangkaian puisi tersebut, merupakan ide utama, atau pokok pikiran dari sebuah tulisan atau buku yang akan ditulisnya.
Apalagi kira-kira ya? Rasanya belum cukup, silakan dicukupkan supaya lebih mengena, dan semoga bisa mendapat manfaatnya.
Pengertian Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian puisi atau sajak adalah jenis sastra dengan bahasa yang terikat oleh irama, rima, serta susunan bait dan larik.
Puisi dapat diketahui sebagai sebuah karya berupa tulisan kata-kata yang identik dengan tulisan-tulisan dengan kata-kata indah yang biasanya memiliki makna tersirat berupa tanggapan serta pendapat penyair.
Baca juga: Contoh dan Ciri-Ciri Antologi Puisi dalam Bahasa Indonesia
Bentuk Puisi dan Contohnya
Bentuk puisi ada dua jenis yakni puisi lama dan puisi modern, berikut adalah pengertian bentuk puisi bersama dengan contohnya:
Puisi lama adalah karya sastra di masa lampau yang memiliki ciri dan keindahannya sendiri. Contohnya berupa pantun, syair, talibun, mantra dan gurindam.
Puisi modern adalah puisi yang bebas dan tidak terikat dengan aturan-aturan terkait bait, rima, baris dan sebagainya. Contohnya berupa puisi naratif, puisi lirik dan puisi deskriptif.
Ciri-ciri Puisi
Bersamaan dengan adanya bentuk puisi maka baik puisi modern dan puisi lama memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang di antaranya sebagai berikut:
Ciri-ciri Puisi Lama
Biasanya nama pengarangnya tidak diketahui (anonim).
Terikat dengan aturan, seperti jumlah baris tiap bait, suku kata, maupun rima.
Penyampaiannya bersifat dari mulut ke mulut, sehingga tak heran jika disebut dengan sastra lisan.
Ciri-ciri Puisi Modern
Nama pengarangnya diketahui.
– Bentuk kalimatnya rapi (simetris) denga,n persajakan akhir yang teratur.
– Terdiri dari tiap baris atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) yang di dalamnya berisi 4-5 suku kata.
– Umumnya, berbentuk 4 seuntai.
– Memiliki gaya bahasa yang dapat berubah-ubah (dinamis).
– Perkembanganya melalui lisan atau bahkan secara tertulis.
Demikian pemaparan terkait mengapa penyair membuat puisi dengan tambahan informasi lainnya terkait puisi. Semoga dapat menjadi refrensi yang bemanfaat dalam menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia atau dapat sekadar menambah pengetahuan. (ANG)